we born to be HAPPY - welcome! read and get some inspiration :)

Selasa, 03 Juni 2014

FF TRUE LOVE

Judul                : 13
Author             : Anita
Cast                 : Lee Gyouri, Lee Sungmin and other cast.
Genre              : Romance
PG / Rating      : 17+ (umur nggak masalah, yang penting bisa menyikapi dengan baik.)
Disclaimer       : Fanfiction ini murni buatan saya.
Prod                 : 2013



13th (true love)

            “Kita putus.” Ucap laki-laki itu dengan suara yang terdengar parau. Dadaku terasa sesak seketika. Detik itu juga aku menangis.

#Story begin

  Aku membuka mataku perlahan. Kusentuh pipiku yang basah karena air mata. Aku memimpikannya lagi? Apa arti dari semua ini? Ini bukan pertama kalinya aku mendapati air mata di kedua pipiku ketika terbangun dari mimpi yang sama.

#

“Mau langsung pulang?”

“Tidak, aku mau menemui seseorang.” Jelasku pada Haru, teman dekatku di kampus. Aku meninggalkan kampus setelah menyerahkan tugasku pada Mr. Jang.

  Lee Sungmin. Adakah yang tidak mengenalnya? Dia adalah salah satu member dari boy band yang sangat terkenal di negeri ginseng ini. Bagaimana denganku? Apa kalian mengenalku? Namaku Lee Gyouri. Aku tidak terkenal seperti kekasihku, Sungmin. Mungkin banyak yang tidak mengira kalau Sungmin Super Junior sudah mempunyai kekasih. Aku berani bertaruh, apabila mereka semua tahu, mereka pasti akan iri padaku.

  Aku sedang berdiri di depan gedung SM ketika Sungmin memanggilku dari balik kaca jendela mobilnya. Aku pun masuk ke dalam mobilnya. Sungmin lantas melajukan mobilnya dengan cepat untuk menghindari sasaeng fans. Hari ini dia akan menepati janjinya untuk pergi berkencan denganku seharian penuh. Aku sudah lama menanti datangnya hari ini, hari dimana Sungmin bukanlah seorang bintang, melainkan kekasihku.

#

  Aku mengenakan dress selutut berwarna pink yang kubeli di butik baru milik ibu Haru siang tadi. Rambutku tergerai menutupi bahuku.

Gyouri sayang, aku free nanti malam. Ayo dinner! Nanti aku jemput jam 7.

  Begitulah pesan yang kuterima dari Sungmin. Sial, laki-laki itu belum juga datang. Aku mulai putus asa begitu melihat jam dinding di kamarku yang sudah menunjukkan pukul 9 malam. Drrrttt drrttt

Ayo pergi, aku sudah sampai di depan rumahmu.
#

  Menakjubkan, kata pertama yang muncul di benakku. Aku melihat ada banyak sekali lilin menyala yang menggenang di permukaan air sungai Han. Rangkaian lilin-lilin yang berukuran besar membentuk hati, sedangkan lilin dengan ukuran yang lebih kecil membentuk sebuah tulisan... 사랑해 (saranghae)

“Maaf tadi aku terlambat, kau pasti menungguku lama. Aku tidak tahu kalau membuat kejutan semacam ini akan memakan waktu selama itu. Bagaimana, apa permohonan maafku diterima?”

“Aku punya satu permintaan. Kalau kau bisa mengabulkannya, maka aku akan memaafkanmu.” Kataku. Sungmin menyanggupinya, aku pun berbisik ditelinganya. Sedetik kemudian ia tersenyum, lalu berkata, 
“sudah kuduga kau akan memintanya. Tunggu disini.” Katanya. Sungmin berlari ke mobilnya, lalu kembali dengan beberapa kembang api di tangannya. Sontak hal itu membuatku kaget. Dia bahkan sudah mempersiapkannya?

#

  Aku berteriak histeris melihat percikan-percikan kembang api di langit gelap tanpa bintang itu. Warna-warna cantiknya membuatku hampir tidak berkedip. Sungmin juga sama sepertiku. Kami berdua sama-sama menyukai kembang api. Selanjutnya, aku dan Sungmin makan malam berdua. Lokasinya masih di sekitar sungai Han. Ternyata selain lilin-lilin tadi, dia juga menyiapkan makan malam romantis untukku. “Gomawo. Aku sangat senang.” Kataku, “lain kali aku yang akan memberikan kejutan untukmu.” Lanjutku. Air wajah Sungmin tiba-tiba berubah. Apa aku salah bicara?

“Ayo habiskan makanannya.” Katanya sambil tersenyum. Aku merasa ada yang ganjil dengan reaksi Sungmin, tetapi hal itu tidak terlalu kupikirkan.

#

  Setelah makan malam romantis itu, kami tidak bertemu selama hampir dua minggu. Sungmin terbang ke Jepang bersama SM family untuk SMTown Tokyo. Kalau bukan karena hal itu, mungkin aku sudah memarahinya habis-habisan.

“Mm, Gyouri, aku tidak tahu kapan bisa menemuimu. Aku sedang sibuk mempersiapkan comeback stage kami.”

Take your time.” Balasku. Aku memutus sambungan telefon, lalu melempar ponselku ke sembarang tempat. Aku mengacak-acak rambutku dengan gusar. Aku paling tidak tahan dengan ‘rindu’.

#

  Hari ini aku pergi ke MCD untuk melihat comeback Super Junior, Spy. Sungmin menyuruhku untuk menemuinya setelah perform mereka selesai. “Gyouri-ah” Aku tersenyum lalu melambaikan tanganku pada Sungmin. Dia berhenti tepat di depanku. Senyum yang ia tunjukkan terlihat begitu dipaksakan. Mulutku setengah terbuka ketika tiba-tiba Sungmin memelukku. Entah mengapa aku merasa takut, jantungku berdebar tak menentu. “Gyouri-ah” Aku hanya diam, “tidak apa-apa kan kalau kita putus?” Deg… Bulir-bulir air mataku menetes detik itu juga. Aku memejamkan mataku, berharap ketika aku membuka mata, ini semua hanyalah mimpi buruk belaka.

  Ah, sekarang aku teringat akan mimpi aneh itu. Ternyata mimpi itu adalah sebuah pertanda. Aku pun membuka mataku. Sungmin meregangkan pelukannya, membiarkan aku melihatnya. “Apa kau sungguh-sungguh dengan perkataanmu..oppa?” Sungmin tidak langsung menjawabnya. Ia mengeluarkan amplop berwarna putih dari dalam saku celananya, lalu memberikannya padaku. Dibagian luar amplop tertulis, "to: Lee Gyouri"

Ige mwoya?”

“Surat untukmu. Biarkan surat itu yang berbicara.” Lagi. Detik itu air mataku kembali berjatuhan. Sungmin mendekat, lalu mengecup keningku, “mianhae, Gyouri.” Katanya, lalu ia meninggalkanku. Aku terus memperhatikan punggungnya yang semakin menjauh. Air mataku menjadi saksi perpisahan kami. 3 tahun yang lalu, air mataku juga yang menjadi saksi ketika Sungmin menyatakan cintanya padaku.

#flashback

  Aku Lee Gyouri, keponakan Lee Soo Man yang baru kembali dari Amerika. Empat tahun aku menimba ilmu di negeri itu. Malam ini aku memenuhi undangan beliau untuk datang ke pestanya bersama semua artis SM. Aku memakai gaun panjang berwarna putih, warna kesukaanku.

  Aku duduk di sudut ruangan ketika pesta berlangsung. Entah mengapa aku merasa canggung bila harus berbaur dengan wanita-wanita cantik di ruangan itu. Aku sendiri tidak jelek. Kuakui tampangku lumayan, tapi dibandingkan dengan artis-artis muda disana, aku tidak ada apa-apanya. “Noona, mau soda?” tanya seorang laki-laki berwajah imut yang entah sejak kapan berdiri didekatku. Aku menggelengkan kepalaku, lalu kualihkan lagi pandanganku ke pesta. Laki-laki itu duduk disampingku. Aku menggeser sedikit posisi dudukku untuk menjaga jarak dengannya. Dia kembali bertanya, “kau anak baru? Siapa namamu?”

“Maaf, aku tidak suka berbicara dengan orang yang tidak kukenal.” Jawabku sedikit ketus. Laki-laki itu nampak kaget. Suasana pun menjadi canggung. Dengan ragu, aku bertanya, “Kau artis Soo Man ahjusshi?" Laki-laki itu menautkan alisnya.

Ahjusshi? Kau keponakannya yang baru kembali dari Amerika?” Tanya laki-laki itu. Tidak mungkin. Dia tahu aku?

Nae. Maaf, tapi siapa namamu?”

Annyeong haseyo. Lee Sungmin imnida.” Katanya. Lee Sungmin... Siapa? Aku kembali bertanya dan dia menjawabnya dengan sumringah, “aku bisa memaklumi kalau kau tidak mengenalku. Aku member Super Junior, boy band yang debut tiga tahun lalu. Ahjusshi sering bercerita tentangmu. Aku rasa dia sangat bangga mempunyai keponakan yang cerdas sepertimu. Bangapseumnida.” Jelas laki-laki yang bernama Sungmin itu, “sampai jumpa lagi.” Katanya begitu ada laki-laki lain yang memanggilnya. Aku tersenyum sambil mengangguk-anggukan kepalaku.

  Siapa yang dapat menyangka kalau akhirnya aku menjadi sering bertemu dengan Sungmin setelah pertemuan di pesta itu? Tidak terhitung berapa kali aku datang ke SM office dalam tiga bulan. Alasanku datang kesana adalah untuk bertemu dengan teman lamaku yang sedang mengikuti trainee SM, Jung Soo Jung. Ketika temanku itu sedang sibuk, Sungmin lah yang menemaniku mengobrol. Dia sangat ramah dan baik. Selain itu, dia juga sering mengajakku mengelilingi Seoul ketika dia sedang tidak ada job. Awalnya aku menganggapnya hanya sebagai teman mengobrol, tapi lama-kelamaan perasaan aneh merasukiku. Lalu suatu sore aku mengajaknya ke sungai Han. Beruntung saat itu sedang sepi, jadi Sungmin tidak perlu repot-repot menyamar. ”Senjanya sangat indah ya?” Tanya Sungmin padaku. Aku mengangguk.

“Kau tau? Aku sangat menyukai angka 13. Jadi, setiap tanggal 13 aku selalu ingin pergi ke tempat-tempat yang indah. Seperti disini, sungai Han.”

“Seperti Super Junior.” Kata Sungmin. Ah benar, Super Junior ada 13 orang. “13 itu memang angka yang bagus.” Tambahnya. Tangan kirinya menyentuh puncak kepalaku, lalu mengacak-acak rambutku. “Gyouri, mungkin ini terlalu cepat, tapi aku menyukaimu. Eottokhae?” Aku diam terpaku. Tubuhku tiba-tiba membeku, tidak bisa bergerak, “kau harus bertanggungjawab karena sudah membuatku jatuh cinta padamu.” Aku mengedipkan mataku berulang-ulang. Dia bercanda, kan? Seolah tahu apa yang sedang aku pikirkan, Sungmin melanjutkan pengakuannya, “kau hanya perlu menjawab dengan ya atau tidak.”

“Apa maksudmu?” Aku bersyukur karena saraf-sarafku telah kembali bekerja. Yang barusan Sungmin katakan telah mematikan semua sel saraf di otakku. Hal semacam ini baru pertama kalinya kualami. Inikah yang sering orang sebut sebagai melting? Sungmin tertawa, wajahnya memerah, aku pun kembali bertanya, “apa yang lucu? Kau ini serius atau tidak?” Kataku sedikit kesal, aku merasa sedang dipermainkan.

“Tentu saja serius. Aku ini sedang menembakmu, apa kau tidak mengerti?” Kata Sungmin. Hembusan angin menerpa wajahku, membuat mataku berair. Aku tidak bisa menggambarkan bagaimana perasaanku saat ini. Aku hanya bisa menangis, menangis bahagia.

“Iya,” aku segera mengusap air mataku yang baru saja menetes, “tentu saja jawabanku adalah iya.” 

#flashback end

  Aku mencintainya bukan karena karirnya yang gemilang. Dia juga mencintaiku bukan karena statusku sebagai keponakan Soo Man. Cinta itu datang seiring dengan takdir yang terus saja mempertemukan kami. Aku kira hubungan ini akan berujung pada pernikahan dengan seikat bunga mawar merah ditanganku, tapi tidak. Keadaan telah merebutnya secara paksa dariku. Apa yang sebenarnya Tuhan rencanakan?

To : Lee Gyouri
Gyouri, ketika kau membaca surat ini, mungkin kita sudah berpisah.
Gyouri, percayalah padaku bahwa ini semua bukanlah kemauanku. Kau tau kan appa ku punya perusahaan besar di Korea? Aku tidak bisa menghindari perjodohan yang sudah sejak lama appa dan omma ku rencanakan. Mereka tidak mau mendengar kata tidak dariku. Juga tidak mau mendengarkan alasan mengapa aku menolak perjodohan itu. Aku diposisi yang lemah. Apa kau bisa mengerti?
Gyouri, aku minta maaf. Sebenarnya aku ingin mengatakan tentang masalah ini padamu sejak dua bulan yang lalu, tapi aku terus saja tidak bisa melakukannya. Sekarang aku melukai perasaanmu, kan? Kau harus tahu kalau aku lebih terluka darimu.
Gyouri, percayalah, aku mencintaimu...                           -Sungmin Lee-

  Teganya kau mengatakan kalau kau mencintaiku, sedangkan apa yang kau berikan padaku? Surat permintaan maaf dan undangan pernikahanmu dengan wanita lain? Cih, kau jahat Lee Sungmin! Aku melirik tanggal yang tertera di undangan pernikahan itu. ”Tiga belas September? Kau benar-benar ingin membunuhku Lee Sungmin.”

#

  Tanggal 13 September. Hari ini adalah hari pernikahan Sungmin. Hari ini juga hari penting untuk Gyouri. Banyak artis yang menghadiri pesta pernikahan Sungmin. Ratusan ELF memenuhi aula hotel berbintang lima itu, tapi hanya beberapa dari mereka yang beruntung yang dapat masuk ke dalam ruangan pesta. Suara tangisan beberapa jam yang lalu terdengar di setiap sudut aula. ELF menangis karena idola yang sangat mereka cintai akan segera menikah. Itu berarti, Sungmin akan menjadi milik mempelai wanita yang masih dirahasiakan identitasnya. Menurutmu, apa aku juga menangis? Tidak. Aku telah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menangis hari ini, apapun yang terjadi.

  Aku menghela nafas dengan berat ketika mempelai wanita datang. Hatiku terasa perih bagai teriris sebilah pedang. Bukankah seharusnya aku yang saat ini memakai gaun panjang putih itu? Siapa dia? Beraninya mengambil posisiku. Soo Man ahjusshi menepuk bahuku, membuyarkan lamunanku. Aku kembali fokus pada acara yang baru akan menuju inti. Nafasku terhenti sesaat ketika mereka saling mengucapkan janji suci. Sungmin, aku sudah datang. Dan inikah yang ingin kau perlihatkan padaku?

  SooMan ahjusshi adalah orang pertama yang menjabat tangan Sungmin dan Cho Yerin, wanita yang sekarang sudah sah menjadi istri Sungmin. Giliranku. Aku menjabat tangan Yerin. Ia tersenyum, lalu menyapaku. “Kau Lee Gyouri?” Aku mengangguk. Aku tidak ingin tahu bagaimana dia bisa mengenalku. Aku menatapnya sesaat, ada kata maaf yang kubaca dari matanya, “senang bertemu denganmu.” Tambahnya. Aku tersenyum miris, lalu aku menjabat tangan mantan kekasihku, Sungmin. Cukup lama mata kami saling memandang.

“Yerin, bisakah aku mengajak Gyouri keluar sebentar?” Bodoh, umpatku dalam hati, “ada yang ingin kukatakan padanya.” Lanjut Sungmin. Yerin hanya mengangguk, lalu kembali menjabat tangan tamu yang lain. Sungmin menarik lenganku dan membawaku keluar dari ruangan yang didominasi dengan warna putih itu. Kami berdiri di beranda hotel. Tepat di lantai 13.

  “Kau beruntung, sepertinya dia wanita yang baik.” Kataku memulai perbincangan. Sekarang rasanya menjadi canggung untuk melihatnya, “apa yang ingin kau katakan?”

“Kau ingat sekarang hari apa?” Tanya Sungmin.

“Kau mau mengetesku?” Balasku. Sekarang aku telah berani untuk menatap Sungmin, “mana mungkin aku tidak tahu sekarang hari apa? Tanggal 13 tidak pernah kulupakan.” Air mataku nyaris saja terjatuh saat aku mengucapkan kata 13. “Apa sekarang kau bahagia? Kau sudah menikah sekarang. Apa lagi yang kau inginkan dariku?”

“Aku bahagia bukan karna pernikahan ini, tapi karena bisa melihatmu lagi. Setidaknya, untuk yang terakhir kali.” Deg...

“Kau,” Perkataanku terputus ketika tiba-tiba Sungmin mengecup bibirku. Mataku terbelalak. Perasaan hangat seketika menjalari tubuhku. Hatiku yang membeku kembali menghangat. Aku menutup mataku ketika tangan Sungmin menyentuh bahuku, “Gyouri” Sungmin memanggil namaku.

“Maafkan aku, seharusnya kita tidak melakukan ini. Seharusnya aku bisa menghentikanmu.” Air mataku menetes. Maaf Sungmin, bukan ini yang ingin aku tunjukkan padamu, tapi apa dayaku? Menangis adalah hal terakhir yang dapat kulakukan setelah semua kebodohanku yang hanya memperburuk keadaan.

“Berhentilah menangis. Aku harusnya yang meminta maaf, tapi aku lebih ingin mengatakan terimakasih kepadamu.” Katanya. Jemarinya menari-nari di pipiku. Dia mengusap air mataku yang masih terus mengalir, “terimakasih untuk semua yang telah kau berikan padaku. Cintamu adalah satu-satunya hal yang ingin kubawa ke dalam kehidupan baruku. Aku tidak peduli apakah hal itu akan menyakiti Yerin atau tidak, yang ingin aku lakukan hanyalah terus mencintaimu. Selama aku memilikimu didalam hatiku, aku akan tetap hidup walaupun sebenarnya aku sudah mati. Ketika aku menerima perjodohan itu, aku sudah mati Gyouri-ah. Aku bukan lagi Sungmin.”

Aku menggenggam tangannya dengan erat. “Bawalah hatiku, karena aku juga akan melakukan hal yang sama.” Sungmin tersenyum, lalu pergi meninggalkanku.

  Aku berjalan ke beranda yang tidak dibatasi sepotong pun besi. Kutengadahkan kepaku ke atas, memandang awan kelabu di atas kepalaku. Bibirku membentuk sebuah senyuman. Ternyata dunia berpihak padaku. Langit itu begitu gelap, sekelam hatiku saat ini. Aku ingin mengakhiri semuanya sekarang. Kau memang ada didalam hatiku, tapi hatiku sudah menolak untuk bertahan. Apa aku boleh mati, Lee Sungmin?

  Langkahku semakin mendekati ujung lantai beranda ini. Angin berembus dengan kencang, merayuku untuk terus berjalan. Aku luruskan tanganku ke samping kanan dan kiri, lalu ku pejamkan mataku. Seseorang tiba-tiba memelukku dari belakang. Tangan besarnya menahan tubuhku. Sungmin. Aku bisa mencium aroma tubuh laki-laki itu. “Apa yang kau lakukan? Mau bunuh diri?! Bodoh!” teriaknya.

“Kenapa kau kembali?” tanyaku. Sungmin, aku hanya ingin mati. Kenapa kau datang? Aku pun berbalik, “ada yang menunggumu di dalam sana. Kenapa kau malah kemari?” Tangannya gemetaran. Aku melihat sinar ketakutan yang amat mendalam dari mata Sungmin. Aku pun mencoba meyakinkannya, “jangan kira kalau aku akan melakukan hal bodoh seperti apa yang ada di pikiranmu sekarang.” Aku mencoba memikirkan kata-kata lain untuk menutupi kebohonganku. “Aku hanya bercanda. Apa kau benar-benar berpikir kalau aku ingin bunuh diri?” Sungmin masih bergeming. Dia menatapku dengan tatapan yang sulit kuartikan. Kami terdiam cukup lama disana.

  Takdir, katakan padaku bagaimana ini semua akan berakhir? Kalau pun akhirnya kau mengijinkan aku untuk mati, tolong jangan biarkan laki-laki ini juga mati karenaku.

“Ayo kita lakukan.” Sungmin pun angkat bicara. Apa? Tunggu, apa yang dia maksud? “Ayo kita lompat dan mengakhiri semuanya. Aku juga sudah lelah.” Lanjutnya. Bodoh, aku sudah membiarkan kau pergi, tapi kenapa kau kembali? Aku sudah mengatakan kalau aku tidak akan bunuh diri, tapi kenapa kau bisa membaca niatku yang sebenarnya? Sungmin, apakah kita memang berjodoh? Kalau tidak, mengapa setelah semua yang terjadi, pada akhirnya kita kembali bersama seperti sekarang? Sungmin mencium keningku lalu memelukku. “Gyouri-ah, hari ini milik kita berdua.” Aku mengangguk. Kami pun melompat.

Braaaakk

  Tubuhku membentur atap mobil yang terparkir di luar hotel. Sungmin, dia ada disampingku. Dia masih memelukku. Samar-samar aku melihat darah di kepala Sungmin. Andwae! Tuhan, jangan nodai wajah tampan itu dengan darah. Kumohon.. “Saranghae...Gyou..ri.” Ucap Sungmin terbata-bata. Aku tersenyum sambil mengatakan kalau aku juga mencintainya, dengan sangat lirih. Lalu kurasakan darah segar mengalir keluar dari kepalaku. Darah itu mengalir dan bercampur dengan darah Sungmin yang berceceran disekitar kami. Orang-orang yang melihat kami berteriak histeris, aku dapat mendengar seseorang sedang memanggil ambulance. Ah, terlambat. Aku sudah tidak kuat lagi. Jantungku berdetak dengan sangat pelan. Nafasku berat. Kulihat wajah Sungmin sekali lagi. Sepertinya dia juga merasakan hal yang sama denganku. Maafkan aku Sungmin, ini semua karena kebodohanku, bukan?

  Seperti yang sudah kukatakan, Sungmin adalah milikku. Seutuhnya milikku. Dia mengenakan tuxedo hitam, sedangkan aku dress selutut berwarna putih. Darah kami yang sudah menyatu sebagai pengganti bunga mawar merah. Kami juga sudah mengucapkan janji suci dengan mengatakan kalau kami saling mencintai. Bukankah pernikahanku dengan Sungmin sangat indah? Well, sekali lagi aku membuat banyak orang iri denganku. Ternyata seperti inilah takdir kami. Sungmin mengusap air mataku dengan tangannya yang bersimbah darah. “Apa kau..menyesal?” Tanya Sungmin padaku. Aku menggeleng. Sungmin, aku akan menebus semua kesalahanku nanti. Jadi, kita harus bertemu lagi di kehidupan berikutnya, mengerti?


  13 September 2012, happy 3 years Anniversary. “Oppa, sampai jumpa di surga. Aku mencintaimu.” Sungmin tersenyum, lalu ia memejamkan matanya. Aku mengikutinya.


3 komentar:

  1. makasih {} menurutmu itu sad/happy ending?

    BalasHapus
  2. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.com

    BalasHapus

think before comment (: