Written by : Anita
CUKUP DIAM.
(Sebaris kalimat pun tak bisa menyentuhmu)
Setiap hari selalu begini. Aku hanya berjarak sepuluh langkah dari bayanganmu. Tepat di belakangmu, ya, aku selalu berada di sana. Memandangi punggungmu dengan mata berbinar.
Kapan aku bisa meraihnya?
"Jangan terpisah dariku, ingat itu." suaramu kala itu masih terngiang-ngiang dalam pikiranku. Aku tidak menyangka kalau aku benar-benar akan terus mengikutimu. Mengawasimu dalam diam, mengajakmu bicara dalam hatiku.
Kapan ini akan berakhir?
Andai aku tahu, aku ingin sekali untuk segera mengakhiri kebodohanku. Kamu selalu berjalan di depanku, tidak pernah berbalik dan mengajakku bercanda seperti dulu. Langkahmu masih sama, tetapi orang di sampingmu bukan lagi aku. Kamu sudah lama membuangku dari pikiranmu, benar?
Aku tidak tahu apa istilahnya, tetapi aku sangat membencimu. Aku terluka...
Perempuan yang menggandeng tanganmu tidaklah lebih baik dariku. Dia begitu cerewet dan menyebalkan, tapi kau tak pernah pedulikan itu. Aku masih terjerat dalam bayang-bayangmu yang tidak lagi bisa bersamaku. Ini sungguh menyedihkan.
Kakiku tiba-tiba berdenyut nyeri. Aku menginjak duri yang dilemparkan wanita itu, tepat di depan jalanku. Dia berbeda denganmu, kau tahu. Dia selalu menoleh ke belakang, menajamkan matanya padaku, seolah-olah aku adalah batu besar yang sewaktu-waktu bisa meledak dan melukaimu.
Jalanan ini sudah basah akan air mataku. Kita masih berjalan di satu jalur, tapi tujuan kita tidak sama lagi. Kau mungkin akan menuju ke tempat indah bersama wanita itu, yang dulu pernah kita impikan bersama. Luka ini semakin menganga, lubang besar dalam hatiku sudah tidak sanggup kutanggung sendirian. Aku pun berhenti, menatap bayanganku sendiri.
Ada bayangan lain yang datang ketika aku menoleh ke samping. Aku mendongakkan kepalaku ke atas dan melihatnya. Tubuhnya lebih tegap darimu. Ia menawarkan tangannya untuk membantuku berdiri. Aku pun tersenyum, menggenggam tangannya dengan senang hati.
Jadi, sekarang aku memulai hidupku yang baru. Aku sudah tidak berjalan di belakangmu. Terang-terangan, aku berjalan mendahuluimu. Aku memeluk lengan seseorang sambil melemparkan senyum termanisku ketika melewatimu. Kau hanya menampakkan tatapan tak percaya padaku. Oh, andai kau pernah sekali saja berbalik dan melihat tatapanku yang berarti sama dengan tatapanmu saat ini, mungkin kita tidak akan terpisah sejauh ini. Aku tidak peduli,
you've lost me forever now.
END.
(gajelas bgt ya ceritanya wkwk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
think before comment (: